Jumat, 08 Januari 2010

konvensi&pameran





KONVENSI DAN PAMERAN IPA KE-30 TAHUN 2005
Indonesia saat ini sedang menghadapi berbagai tantangan, termasuk perubahan dalam industri perminyakannya. Untuk itu diminta agar menggunakan sumber energi baru untuk menggantikan Minyak dan Solar yang produksinya diperkirakan menurun dan Indonesia sekarang terancam menjadi salah satu negara pengimpor minyak. Demikian dikatakan Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pada saat membuka acara konvensi dan pameran IPA ( Indonesian Petroleum Association ) ke-30 tahun 2005, dengan tema ?The Urgency of Building Competitiveness to Attract Oil and Gas Investment in Indonesia?. Acara berlangsung di Jakarta Convention Center, Selasa (30/08). Turut hadir dalam acara tersebut Menteri Energi Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro, Wakil Gubernur Jakarta Fauzi Bowo, Ketua BP Migas Kardaya. Sedangkan dari PT Pertamina (Persero) dihadiri oleh Wakil Direktur Utama Mustiko Saleh, Direktur Pemasaran dan Niaga Ari H. Soemarno, Direktur Hulu Hari Kustoro, Direktur Keuangan Alfred H. Rohimone serta jajaran manajemen lainnya. Presiden juga mengatakan bahwa tahun ini merupakan tahun penentuan bagi masa depan industri perminyakan Indonesia. Pemerintah Indonesia terus berusaha memperbaiki peraturan dan prasarana, dan hal tersebut diharapkan agar memberikan dukungan dalam menciptakan iklim investasi yang kompetitif sehingga dapat menarik lebih banyak investor untuk berinvestasi di Indonesia. Asosiasi ini bertujuan untuk menciptakan suatu wadah di mana para anggota dapat mendiskusikan isu seputar industri perminyakan dan gas, bertukar pikiran dan bekerjasama untuk mewujudkan sebuah tujuan bersama, termasuk untuk meningkatkan profesionalisme, good governance dan etika bisnis di industri ini. IPA juga menjadi mitra bagi lembaga pemerintah terkait, seperti BP Migas, serta memberikan masukan dari pihak industri untuk mewujudkan lingkungan yang dapat mendukung peningkatan investasi dan penciptaan iklim kompetisi yang sehat. Sejak tahun 1972 konvensi dan pameran tahunan IPA, telah menyoroti kesuksesan serta pencapaian perkembangan sektor perminyakan dan gas di Indonesia. Konvensi dan pameran ini juga menghadirkan berbagai program yang meliputi masalah teknis, pameran, kunjungan lapangan, aktivitas sosial dan kursus singkat. Sedangkan pameran telah menjadi bagian tak terpisahkan dari konvensi sejak konvensi ke-23 tahun 1994 di Jakarta Convention Center. Jumlah peserta pameran terus meningkat setiap tahunnya, dari 20 stand di tahun 1995 hingga 96 stand di tahun 2005. Di dalam IPA dibahas mengenai industri perminyakan yang meliputi aspek-aspek mulai dari sektor energi hulu (eksplorasi produksi) hingga ke sektor hilir (pengolahan dan distribusi) dari sumber daya minyak dan gas. Pada tahun 1967, IPA mulai membahas dan memperkenalkan konsep bagi hasil (production-sharing) pada industri perminyakan Indonesia. Hal tersebut terbukti dengan konsep tersebut kegiatan perminyakan Indonesia mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, khususnya eksplorasi di lepas pantai. Seperti dikatakan oleh President the Indonesian petroleum Association (IPA) Christopher Basil Newton bahwa tahun 2005 ini saatnya untuk berpikir dan menyusun rencana masa depan industri perminyakan di Indonesia. ?Sebab Indonesia telah menempuh jalan yang panjang dan terbukti dalam menghadapi tantangan ekonomi makro dan mendapatkan penghargaan di bidang politik serta penghargaan lainnya dibidang industri,? ujarnya. IPA (Indonesian Petroleum Association) atau Asosiasi Perminyakan Indonesia adalah organisasi nirlaba yang mencakup aspek kegiatan hulu dan hilir dalam industri perminyakkan dan gas di Indonesia. Dalam konvensi dan pameran IPA ke-30 tahun 2005 ini, diikuti oleh sekitar 96 peserta pameran yang turut berpartisipasi, 100 pembicara dari dalam dan luar negeri akan mempresentasikan makalah, dan lebih dari 1700 orang dari industri perminyakan di Indonesia akan berpartisipasi dalam konvensi dan pameran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar